Para suami yang bermusik. Rekaman dan pentasnya mendapat sambutan hangat. Tapi mereka ambil ancang-ancang untuk bubar.
Pada dekade tahun 90an nama SWAMI memang berkibar. Inilah kelompok musik yang anggota intinya Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Khusnulyakin, Inisisri, dan Nanoe. Mereka kebetulan adalah para suami muda, yang berkecimpung dalam bidang musik, hingga nama yang berbeban moral itulah yang mereka pilih.
Rekaman album perdana mereka, yang memuat lagu-lagu Bento, Bongkar, Badut, dan beberapa judul lagi, mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat menengah bawah. Didukung oleh strategi manajerial yang profesional dan bermodal besar, diawal kelahirannya mereka disangga pengusaha Setiawan Djody dalam tempo yang singkat telah melakukan loncatan popularitas. Apalagi mereka kemudian menjadi bagian penting dari sebuah paket hiburan bernama Kantata Takwa yang digelar secara monumental di Stadion Utama, Senayan.
Ciri khas kelompok ini baik lewat rekaman maupun pentas yang kemudian secara cepat akrab dengan kalangan muda pada masa itu adalah ekspresi kelugasan, yang dicerminkan lewat syair-syair lagu dan penampilan. Mereka sering dianggap mewakili ekspresi anak muda yang spontan, heroik bahkan sedikit marah, merasa tertekan, diperlakukan tidak adil, menyukai gaya yang berbau kejelataan daripada elitisme.
Dari ekspresi semacam itulah, SWAMI berhasil menghimpun penggemar fanatik. “Kami sendiri tidak pernah menyangka bahwa akan demikian antusiasnya masyarakat menyambut lagu-lagu kami,” ujar Sawung Jabo, yang banyak menjadi inspirator kelompok ini.
Walau memperoleh sambutan yang gegap gempita dari massa, toh kelompok Swami sendiri kini tengah mengambil ancang-ancang untuk bubar. “Seperti pernah kami targetkan sejak awal terbentuk SWAMI, kami membentuknya hanya untuk waktu dua atau tiga tahun,” kata Sawung Jabo
Ada banyak alasan melatarbelakangi target yang singkat itu. Para personil SWAMI sebenarnya sudah memiliki eksistensi sendiri-sendiri dalam profesinya. Iwan Fals sebagai penyanyi solo, sebelumnya sudah banyak berkarya. Sawung Jabo juga punya group Sirkus Barock yang dalam waktu dekat melakukan rekaman, sedang Naniel yang semula anggota Konser Rakyat Leo Kristi banyak berkecimpung di bidang jurnalistik, denmikian pula anggota lainnya.
“Saya sendiri terlanjur janji pada istri saya untuk kembali tinggal di Australia setelah beberapa kegiatan di Indonesia ini,” kata Sawung Jabo, yang memang beristrikan wanita asal negara kanguru itu. “Tentu bukan hanya alasan pribadi itu yang membuat kami mentargetkan SWAMI hanya untuk dua atau tiga tahun.” lanjutnya.
Target SWAMI yang disiapkan berusia singkat itu pula, yang antara lain membuat Yockie Suryoprayogo dan belakangan Totok Tewel, keduanya juga pemusik andalan, lebih memilih selalu menjadi bintang tamu mereka dalam pertunjukan dan rekaman ketimbang bergabung total sebagai anggota.
Di album keduanya kelompok SWAMI juga memberikan pernyataan secara resmi dalam cover kasetnya “Selesailah sudah sebuah proses panjang dari perjalanan “SWAMI”. Selesai pula pengabdian kami pada “SWAMI”, namun kami tidak akan pernah berhenti memasuki pintu-pintu dunia nyata maupun tak nyata lewat sesuatu yang kami yakini dan jalani. Musik adalah bahasa kami, hidup dan kehidupan adalah bunda dari seluruh pemikiran dan perenungan kami. Semoga hasil yang kami dapatkan dan berikan ini dapat berguna buat perjalanan dan pergaulan kita semua.”. (AS)
(Dokumentasi Foto Oleh DoeL)